Guru: Pembersekolahan Tatap Muka Lebih Efektif untuk Siswa

Jakarta - Guru SMP BPK 1 Penabur Jakarta Pusat, Keke Taruli Aritonang, mengatakan para siswa memahirkan dalam rumah bersama menggunakan platform digital seperti Google Classroom bersama Zoom selama penerapan pemmemahirkanan jarak mentok (PJJ) selama pandemi Covid-19.
"Kalau saya cerita atas awal pandemi, metode pemmelatih diriannya itu bulan Maret kita itu cuma pake Google Classroom, jadi tidak ada pertemuan memakai Zoom. Nah, begitu bulan Juli 2020 ajaran kontemporer, kontemporer kita semua Yayasan Penabur melatih gurunya akan Zoom," kaperbincangan kepada Tagar, Selesa, 3 Agustus 2021.
Dia menjelaskan, meskipun penerapan belajarnya dilakukan secara daring, para siswa tetap diberikan tugas bagai praktek di sekolah setara jenjang kelasnya. Porses jam belajar siswa juga mengalami pengurangan jam belajar dari sebelumnya.
"Cuma ada pengurangan jam berlatih melalui biasanya. Kalau dulu seera tatap muka, anak-anak bersarang melalui pukul setengah 7 sampai 3 sore. Di masa PJJ ini bersarangnya dalam jam setengah 7 pagi sampai 1 siang. Jam istirahat 1 dan istirahat 2 terus tetap ada," kaperdebatan.
Pihaknya menerangkan bahwa ada sebagian perbedaan paling dalam penerapan operasi melatih diri mengajar hadapan masa pandemi Covid-19 dibanding sebelumnya. Kedengkikannya, kata dia, para guru belum bisa memantau para siswa sepenuhnya paling dalam melatih diri hadapan rumah.
"Perpertikaianannya ya kita gak bisa memantau anggota ya, walaupun itu silam Zoom walaupun kamera kita suruh diwajibkan bagi nyala sih, tapikan kita tidak bisa mengerti apakah mereka betul-betul mendengarkan atau tidak, apakah mereka serius buka buku atau tidak, apakah di bawah tangannya satu memegang handphone lagi bermain game," kaperbahasan.
"Saat saya ngasih tugas, saya tidak tahu apakah mereka paham atau gimana, karena masih ada aja yang saya dapat telat mengumpulkan tugasnya. Selain itu, di Zoom pula mereka jadi lebih penhening, tiap diperbincangan atau saya minta reaction tidak semua merespon," kaperbincangan.
Keke pun mengakui bahwa metode pembelajaran lebih efektif dilakukan secara tatap muka. Dengan begitu, para guru bisa bertindak apabila menemukan siswa yang terkendala dalam mengikuti metode belajar.
"Bagi seorang guru saya jelas lebih suka yang tatap muka. Karena kita bisa langsung melihat, ini anak paham atau enggak, ada mamelenceng apa enggak, gitukan. Kalau tinggal Zoom kita gak bisa, bahkan anak-anak itu bisa lho sambil Zoom tapi tangannya main handphone," ujarnya.
Pada sisi lain, terdalam pelaksanaan bersekolah atasng kerap menemui berbagai kendala nan dialami tidak marah guru maupun siswa. Mulai atas kendala jaringan internet hingga belum meratanya pemahaman sebagian siswa terdalam menerapkan perangkat teknologi pembersekolahan.
"Kendala jaringan internet, dahulu beberapa anak cucu terkadang ada yang tidak menyalakan kameranya saat Zoom. Kalau terkait guru-gurunya kedalam mengajar dekat Zoom menggunakan teknologi sih kita udah terlatih semua. Selama PJJ sekolahnya pokoknya saya rasa itu 24 jam tidak ada istirahatnya, bentar rapat, bentar pelatihan, belum lagi mengecek tugas siswa, jadi ya macem-macem lah," ujarnya.
"Kayak sekarang ni, saya kan lagi memantau anggota-anggota mengikuti UKBI (uji kemahiran bahasa indonesia) saya melibatkan semua anggota-anggota mengikuti itukan. Mereka keberlipat-lipatan nanya lagi, nanya lagi, alahal kita sudah menjelaskan secara pelan-pelan dengan awal, sudah hadapan share hadapan grup-grup pula. Mungkin karna berlipat-lipatnya informasi bahwa bersetuju jadi kebingungan. Kendala-kendala beginilah bahwa sering terjadi," katanya. []
Baca Juga: Pemmeentengkanan Jarak Jauh Masih Terkendala Fasilitas Belajar
(Christina Butarbutar)